Wednesday, 9 July 2014

PERTEMUAN NABI YUSUF DENGAN AYAHNYA NABI YA'QUB SERTA SAUDARANYA

BERTEMU SAUDARA DAN NABI YA'QUB AYAHNYA

Kisah Nabi Yusuf as diangkat menjadi menteri mesir

Cerita islami ini merupakan lanjutan dari kisah nabi yusuf sebelumnya yang mengulas tentang mukjizat nabi yusuf. Kisah lanjutan ini adalah mengenai kasih nabi yusuf diangkat menjadi menteri, tentunya dengan izin ALlah SWT, setelah menjadi menteri nabi yusuf dipertemukan kembali dengan saudara-saudara dan ayahnya (nabi ya’qub) setelah lama tidak berjumpa. Simak kisah lengkapnya di bawah ini. Kisah Nabi Yusuf menjadi menteri
Raja yang memang dikenal mampu berbicara lebih dari satu bahasa semakin kagum dengan wawasan luas yang dimiliki oleh Nabi Yusuf as dan kedalaman ilmunya yang mengesankan. Kemudian pembicaraan merambah pada masalah mimpi. Nabi Yusuf as menasehati raja agar memulai rencana yang tepat untuk mengumpulkan makanan dan penyimpanannya dalam rangka menghadapi tahun tahun kekurangan makanan. Nabi Yusuf as memberikan pengertian kepada raja bahwa kelaparan akan melanda Mesir dan juga kota kota di sekitarnya. Oleh karena itu, negeri mesir harus bersiap mengadapi suasana yang sualit nantinya, demikian negeri negeri di sekitarnya.
kisah nabi yusuf menjadi menteri -  Raja mengunggkapkan bahwa sulit untuk mendapatkan kejujuran dari kelompok yang bergaya hidup mewah yang ada di sekitarnya. Nabi Yusuf pun berkata “Kalau begitu jadikanlah aku sebagai pengawas yang sangat teliti dari berpengetahuan.” Tentunya Nabi Yusuf mengatakan hal itu bukan untuk mendapat keuntungan pribadi. Namun ia ingin memikul amanat untuk memberikan makan bagi masyarakat yang lapar selama tujuh tahun. Yaitu masyarakat yang seandainya mereka lapar, maka penguasa dapat mempermainkan mereka. Dalam hal ini sebarnya terdapat pengorbanan Nabi Yusuf as.

Nabi Yusuf menjadi menteri

Beberapa saat kemudian Nabi Yusuf berada di tempat yang diusulkan. Itulah cara Allah memberikannya kedudukan penting di negeri mesir. Ia menjadi orang yang bertanggung jawab pada pengelolaan kekayaan mesir dan perekonomiannya. Ia menjadi ketua para menteri besar. Beliau mendapat dua tugas sekaligus, yaitu sebagai kepala pemerintahan dan kepala urusan logistik.
Yusuf merupakan orang yang terpercaya dan jujur. Sehingga selama ia duduk di kursi pemerintahan maka tidak perlu ada yang dikawatirkan. Kemudian masa paceklik itu pun tiba. Dan itu tidak masalah bagi negeri mesir, karena persediaan telah disediakan oleh Nabi Yusuf yang bisa menjamin dengan baik rakyat mesir selama tujuh tahun berturut-turut.
Saat itu kelaparan dan paceklik tidak hanya terjadi pada negeri mesir, namun terjadi juga di negeri di dekatnya, seperti Negeri kan’an yang ditempati ayah dan saudara saudaranya itu Nabi Ya’qub as dan saudara saudarnya juga mengalami masa susah pangan.

Nabi Yusuf berjumpa lagi dengan saudaranya

Rakyat yang tinggal di negeri sekitar mesir juga meminta pertolongan ke mesir, tidak terkecuali saudara-saudara Yusuf yang dulu pernah membuangnya. Mereka berbaris dalam rombongan orang orang yang membutuhkan. Ketika itu Nabi Yusuf berada di singgasana mesir sebagai seorang penguasa yang memerintah. Nabi yusus as bergebas untuk menjamin kelangsungan kehidupan manusia. Ia dikelilingi oleh para menterinya, orang-orang penting dan para tentara. Nabi Yusuf bisa mengenali saudara-saudaranya, namun mereka tidak mengenali Nabi Yusuf. Keadaan di tempat tinggal mereka sungguh menyusahkan sehingga mereka datang dari palestina untuk mencari bantuan makanan di negeri mesir.
kisah nabi yusuf menjadi menteri – Kemudian terjadilan percakapan antara Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya yang berjumlah 10 orang itu, namun mereka masih belum mengenali Nabi Yusuf. Mereka berjumlah 10 orang namun mereka membawa 11 untah. Nabi Yusuf as bertanya pada mereka melalui salah satu penerjemah agar beliau tidak berbcara dengan bahasa mereka, Yusuf menggunakan bahasa ibrani.
“Undang-undang kita memutuskan untuk memberikan makanan pada setiap orang sesuai dengan kemampuan untua untuk mengangkut makanan itu. Berapa jumlah kalian ?” mereka menjawab : “Sebelas orang”. Nabi Yusuf berkata kepada penerjemah : “Katakan pada mereka bahasa kalian berbeda dengan bahasa kami dan pakaian kalian berbeda dengan pakaian kami. Barang kali kalian adalah mata-mata”. Mereka menjawab “Demi Allah kami bukan mata-mata tetapi kami adalah keturunan dari seorang ayah yang baik.” Kemudian Yusuf  bertanya : “Kalian mengatakan bahwa kalian sebelas. Padahal jumlah kalian sepuluh”
Kemudian sodaranya itu menjawab : “sebenarnya kami adalah dua belas saudara, seorang saudara kami meninggal di daratan dan kami mempunyai saudara yang lain yang sangat dicintai (Bunyamin) oleh orang tua kami dan ia tidak mampu untuk berpisah dengannya. Oleh karena itu kami datang dengan membawa untanya sebagai ganti darinya”. Nabi Yusuf as berkata : “Bagaimana aku bisa memastikan kejujuran kalian?” Kemudian mereka menjawab : “Pilihlah, sesuatu yang engkau dapat menjadikan tenang dengannya” Nabi Yusuf berkata :” Undang-undang kami menetapkan untuk tidak memeberikan makanan kepada seseorang yang tidak ada. Karena itu, datangkanlah saudara kalian agar aku dapat memberinya makanan. Tidakkah kalian mengetahui bahwa aku menegakkan timbangan dengan jujur?”
 Demikian dialog terus berlangsung antara saudara-saudara Yusuf dan Yusuf. Kemudian Nabi Yusuf memberitahu kepada mereka bahwa kali ini mereka mendapatkan pengecualian atau keringanan dan keistimewaan. Tetapi, jika pada waktu yang akan datang mereka datang tanpa membawa saudara, mereka maka Nabi Yusuf tidak akan memberi mamkanan pada mereka. Mereka berkata kepadanya, bahwa kami akan berusaha memuaskan ayah kami atau meyakinkan ayah kami untuk mempercayakan saudara kami itu bersama kami.
Saudara-saudara Yusuf kembali pulang dan menemui ayah mereka. Sebelum mereka menurunkan muatan yang dibawa oleh untah mereka masuk menemui ayah mereka : “Sungguh kami tidak mendapatkan gandum. Ini terjadi karena engkau melindungi dan mempertahankan anakmu”. Mereka mengatakan “Kami tidak akan memberikan makanan bagi yang tidak hari. Mengapa engkau tidak merasa aman ketika kami membawahnya? Biarkanlah ia pergi bersama kami dan sesunguhnya kami akan menjaganya”. Jelas sekali bahaw dialog tersebut bertujuan untuk memojokkan si ayah dan membebankan tanggung jawab kepadanya dalam hal ketidakmampuan mereka memperoleh makanan. Namun si ayah menjawab dengan sopan santun para Nabi. Ia berkata bahwa ia merasa aman terhadap mereka tas anaknya yang kecil sebagaimana kekahwatiran terhadap Nabi Yusuf as sebelumnya. Dan ia tidak perduli atau tidak begitu yakin dengan ucapannya.
Anak-anak itu membuka wadah-wadah yang mereka bawa untuk mengeluarkan biji-bijian makanan yang ada di dalamnya. Tiba tiba mereka mendapatkan barang-barang mereka telah dikembalikan bersama makanan. Pengembalian harga menunjukkan ketidakinginan untuk menjual atau itu semacam peringatan dan barangkali itu merupakan hal yang mengganggu mereka agar mereka kembali membenarkan harga pada kali yang kedua. Melihat hal tersebut, anak anak itu segera menuju ke ayah mereka sambil mengatakan : “wahai ayah kami, kami tidak berbuat aniaya dan kami tidak berbohong kepadamu. Sungguh harga yang telah kami beli dikembalikan kepada kami.  Ini berarti bahwa mereka tidak akan menjual kepada kami kecuali jika saudara kami pergi bersama kami”
Percakapan antara anak anak dan ayah mereka terus berlanjut. Mereka memberikan pengertian kepada ayahnya bahwa kecintaanya kepada seorang anaknya dan hubungan dekatnya justru mengorbankan kepentingan mereka dan menjatuhkan perekonomia mereka. Mereka ingin untuk menambah perbekalan mereka dan mereka berjanji akan menjaga saudara mereka dengan penjagaan yang sangat ketat. Akhirnya sang ayah menyetujui permintaan mereka dengan syarat mereka berjanji untuk membawa anaknya pula kecuali jika mereka dikepung musuh dan mereka tidak mampu menyelamatkannya. Si ayah menasehati mereka untuk tidak masuk karena mereka berjumlah sebelah orang dari satu pintu dari pintu pintu mesir sehingga tak seorang pun yang menaruh kecurigaan. Sepertinya sang ayah mengkhawatirkan akan terjadi pencurian atau kedengkian
Setelah mereka datang segera menghadap raja, dan baru saja mereka menghadap Nabi Yusuf as melihat saudaranya (Bunyamin) turut serta, sehingga ia merasa gembira. Mereka disuruh duduk bersama raja untuk djamu dengan baik. Dengan perlakuan raja yang baik hati ini, bunyamin menangis terharu dan ingat akan saudaranya yaitu Yusuf. Dengan tangis yang tersedu-sedu bunyamin berkat “Kalau Yusuf masih ada, tentu dialah yang duduk disampingku ini”
Setelah mereka cukup lama bertemu dengan raja, mereka pulang dengan membawa perbekalanan yang cukup dan lebih cukup dibandingkan sebelumnya. Ketika memberikan perbekalan dan bahan makanan itu, Nabi Yusuf as memerintahkan kepada bawahannya untuk memasukkan timbangan miliki negara ke dalam barang yang dibawa oleh bunyamin secara diam-diam.
Belum lama mereka berangkat keluar dari kota mesir, tiba tiba mereka ditahan untuk diperiksa barang-barang yang dibawanya. Dalam pemeriksaan ini ternyata terdapat alat timbangan negara yang sedang dicari-cari. Karena inilah mereka ditahan tidak boleh pulang ke negeri Kan’a untuk diusut perkaranya
Mengalami peristiwa ini tentunya mereka gelisah dan susah sekali, mereka berkata kepada Nabi yusf as : “Ya tuanku, ayah kami sudah sangat tua, sudah melewati 80 tahun dan kami tidak dapat berpisah karena kami selalu menjaga akan keselamatan beliau. Kami ini bukan pencuri, izinkanlah kmembawa ayah kami sebagai saksi akan kebenaran kami, karena kami dari keturunan orang yang baik baik. Atau izinkanlah kami pulang dulu dan ambilah seorang diantara saudara kami untuk menggantikannya dan kami percaya bahwa tuanku adalah orang yang baik hati”
Nabi Yusuf as berkata : “Saya berlindung kepada Allah dan tidaklah saya akan menghukum orang yang tidak bersalah, jika demikian, tentulah kami orang yang aniaya”
Saat mereka telah putus asa, mereka kemudian saling berbisik bisik dan berkatalah orang yang tertua dari mereka yaitu Yahuza : “Sekali kali saya tidak akan pulang kembali sebelum mendapat izin dari ayah. Kembalilah kamu semua. Dan ceritakanlah kepada ayah tentang peristiwa ini”
Setelah mereka sampai di rumah mereka menceritakan apa yang terjadi pada ayah mereka. Lalu Ayah mereka, yaitu Nabi Ya’qub as berpaling dari mereka, seraya berkata dalam hati “Alangkah dukacitaku mengenang Yusuf, telah rabun mataku karena dukacita itu.” Rasa mara Nabi ya’qub terhadap anak-anaknya ditahan dalam hati.
Melihat hal itu, kemudian mereka berkata pada sang ayah “Ayah janganlah selalu ingat pada Yusuf saja, nanti ayah mendapat sakit dan meninggal dunia”
Nabi ya’qub as kemudian berkata “Aku ini hanya mengadukan duka citaku kepada Allah, dan saya mengetahui dari Allah tentang apa yang tidak kamu ketahui”
Mereka lalu meminta izin untuk berangkat kembali ke mesir menghadap raja untuk memohon kepada raja agar saudara mereka yang ditahan dapat dibebaskan.
Ketika mereka menghadap raja, saat itu Nabi Yusuf berpendapat bahwa sudah tiba saatnya untuk membuka rahasianya untuk mengakui kepada saudara-saudaranya bahwa dia adalah Yusuf, agar mereka mengakui atas kebenaran dan kesalahan yang telah mereka perbuat.
Nabi Yusuf as menceritakan apa yang pernah mereka laukan sewaktu kecil, semua kejadian diceritakan oleh Nabi Yusuf as. Mendengar apa yang deceritakan oleh Yusuf tersebut membuat mereka tercengang. Dari siapakah pembesar ini mengetahui peristiwa itu, karena tidak ada seorang pun yang tau apa yang telah mereka lakukan pada masa lampau
Kemudian mereka memperhatikan gerak gerik raja itu, kemudian memperhatikan bentuk tubuh dan keadaannya, dibandingkan dengan tubuh Nabi Yusuf as semaca kecil, akhirnya mereka yakin bahwa ciri ciri yang terdapat pada pembesar ini memang mirip dengan Nabi Yusuf as. Mereka bertanya “Apakah kiranya tuan ini Yusuf?” dengan segeran Nabi Yusuf as menjawab “Benar saya ini Yusuf, dan ini bunyamin saudaraku sendiri, Allah telah mempertemukan kami, karena Allah tidak akan menyianyiakan pahala orang yang berbakti”
Mereka berkata “Demi Allah, sesungguhnya dia telah melebihkan engkau dari kami, dans sesungguhnya kami orang-orang yang berdosa”
Nabi Yusuf kemudian berkata pada mereka “Aku tidak akan bertindak apa apa kepada kalian, Tuhan telah mengampuni segala dosamu, Allah Maha Pengampun lagi maha pengasih”
Mereka diizinkan kembali ke kan’an untuk menemui ayahnya, dan setelah mereka tiba di rumah, mereka menyampaikan sehelai baju Nabi Yusuf as. Kerema mereka menyampaikan baju itu kepada ayahnya, seketika mata Nabi Ya’qub terbuka serta dapat melihat dengan terang. Pada ketika itu beliau telah rabun dan tidak dapat melihat. Segala peristiwa mereka ceritakan kepada ayahnya, dimana mereka telah menemui raja yang budiman, serta diterangkan pula agar mereka sekalian berangkat kembali ke mesir untuk berjumpa dan dapat hidup bersama sama dengan Nabi Yusuf.
Mendengarkan cerita tentang Nabi Yusuf itu, sang ayah sangat gembira sekali dan ujarnya “apa yang telah terjadi, mari kita lupakan, dan kami mohn ampunan kepada Allah, semoga Allah mengampuni segala dosa dosamu, begitu pula dosaku sendiri, karena Allah pemberi ampun dan maha pengasih. Mari kita bersama sama berangkat ke mesir.”
Ketika Nabi Yusuf as melihat ayahnya datang dan sedang dikelilingi saudara-saudaranya yang berjumlah sebelas orang, mereka semua sujud di harapan Nabis Yusuf as, lalu Nabi Yusuf berdiri dengan hormatnya.
Seketika itu Nabi Yusuf as juga mengadahkan kedua tangannya ke langit, ia bersyukur atas nikmat dan karunia Allah, sebagaimana dterangkan dalam Al Qu’ran :
“Ya Tuhanku, sesungguhnya engkau telah menganugrahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’biar mimpi. (Ya Tuhan) pencipta langit dan bumi. Engkaulah perlindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh (Qs. 12 : 101)
Itulah kisah cerita Nabi Yusuf as yang dimulai dengan penderitaan yang bertubi tubi yang ia terima dengan tabah dan penuh kesabaran. Namun segala penderitaannya lenyap dan Allah mengangkat Nabi Yusuf as menjadi pembesar di Mesir dan akhirnya beliau menjadi raja. Nabi Yusuf as meninggal dunia pada usia 110 Tahun. Semoga kita dapat mengambil banyak hikmah dari cerita Nabi Yusuf di atas. Aamiin.

No comments:

Post a Comment