Wednesday 9 July 2014

Puisi HARDIKNAS

GURUKU


Jika dunia kami yang dulu kosong
Tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampagelap
Tak bisa apa-apa
Tak bisa kemana-mana

Tapi kini dunia kami penuh Warna
Dengan goresan garis-garis
Juga kata-kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat
Bukan lagi mimpi

Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca

Terimakasih guruku
dari hatiku

untuk semua pejuang pendidikan
" Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa!"


 Majulah Terus Siswa Indonesia
  
Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita-cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu

Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan

Ingat, Engka adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib Bangsa engkau yang menentukan




Diantara Dua

Di antara dua, aku harus memilih
Engkau satu baik atau buruk
Aku tak bisa berdiri diantara keduannya
Dan aku menentukannya

Diantara dua, aku harus masuk
Entah satu mudah atau sulit
Aku tak bisa bergelut diantara keduannya
Dan aku meratapinya

Diantara dua, aku harus berjuang
Entah satu manis atau pahit
Aku tak berhenti meraih satunya
Dan aku tak ingin kalah





Pahlawan Pendidikan

Jika dunia kami dulu kosong
Tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
Tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-kemana

Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya mimpi
Kini mulai terlihat lagi bukan mimpi

Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca

Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikan nasib kita bisa dirubah

Apa yang tak munkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitalah selalu jiwamu
Wahai pejuang Indonesia



Taman Ilmu

Musim kemarau panas berkepanjangan
Musim penghujan hujan berdatangan
Itulah hebatnya dirimu
Panas hujan tetap buat kau berdiri
Kau hanya tumpukan bata merah
Tulangmu hanya dari besi

Seindah dirimu namamu sama
Seburuk bentukmu tak kurangi gunamu
Kaulah taman kehidupan
Tempat tertanam berjuta ilmu
Bunga merekah terlahir darimu
Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu
Tanpamu semua tampak bodoh

Alangkah indahnya…..
Jika dirimu berdiri dimana-mana
Tanpa ada beda di desa dan dikota
Sayangnya kau bukan manusia
Kakimu tertanam di bumi
Tak dapat jalan kemana-mana

Baca Tulis

Senja meradang kerinduan
Goresan pena menyayat kalbu
Tangisanku tak membuat pilu
Hei… Wahai pemimpinku
Pandanglah aku yang kusut ini
Duduk disekolah ku tak bisa
Bagaimana ku tak bisa bodoh ?
Hidup pun beralas tanah
Tidurpun beratap langit
Ahhhh,…..
Bosan ku tak dapat membaca
Bingung Ku tak dapat menulis
Seandainya ada pemimpin menangis
Pasti ku dapat baca tulis



Lilin Kegelapan


Titik air menitik
Berbaris jarum jam berdetik
Tak henti dalam putaran waktu
Menembus masuk roda itu

Menjadi pilar generasi penerus
Bermuara menjelma sebagai arus
Berbaris ditengah tangisan pertiwi
Tak buat henti langkahkan kaki
Baktiku hanya tuk negeri ini
Ku akan jadi lilin ditengah kegelapan
Melawan segala kemunafikan
Semangat bagai pejuang 45’
Penerus cita-cita pahlawan kita

Wahai sang guruku
Tuntunlah aku menjadi aku
Jasamu tak tampak mata
Berwujud dalam hati sanubari

Titik air menitik
Ilmu mu kan ku petik
Bukan buat Negara munafik





No comments:

Post a Comment